Ada yang Abadi.. :) (Icil version)
Takkan selamanya, tanganku mendekapmu..
Takkan selamanya, raga ini menjagamu...
”hai kak ify,” panggil debo riang dan menghentikan senandung dari bibir mungil ify.
”hai, debo. Loh, kok udah pulang sekolah?” tanya ify heran saat melihat debo memakai baju bebas, bukan seragam. Biasanya kan debo main ke rumah ify pake baju seragam.
”ini kan hari sabtu, kak. Libur,” kata debo sambil mencubit kedua pipi ify gemas. Ify tersenyum malu.
”hehe. Kak ify lupa. Maklum, udah tua,” kata ify sambil memperlihatkan kembali senyumnya. Namun yang ini terlihat lebih manis. ”duduk, de.”
”nggak usah, kak. Lagian aku yakin bentar lagi kakak mau dijemput kan?” tanya debo jahil membuat semburat merah muncul di kedua pipi ify.
”di jemput siapa?” tanya ify sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.
”ah, nggak usah pura-pura nggak tau deh,” ledek debo sambil mencubit kedua pipi ify, yang sepertinya sudah jadi kebiasaannya. ”sama ayang rio.”
”ah, debo. Nggak usah cubit-cubit deh. Aku tahu, aku emang imut, tapi nggak usah cubit-cubit dong,” kesal ify sambil mengusap-usap pipinya. debo malah nyengir.
Tiba-tiba terdengar suara motor yang sedang diparkir di depan rumah ify. Pengendara motor itupun membuka helm-nya dan merapikan rambutnya yang agak berantakan. Setelah itu, dia turun dari motor setelah sebelumnya berkaca di spion motor sambil membereskan rambutnya, lalu masuk ke dalam rumah ify disertai senyum manisnya yang khas.
”hai, fy. Ayo berangkat?” ajak orang itu sambil tersenyum ke arah ify. Lalu melihat debo yang juga tengah tersenyum padanya. ”eh, ada debo juga. Mau ikutan?”
Debo tersenyum kecil, lalu melirik ify yang juga tersenyum padanya. Sepertinya sih, ify juga barharap debo ikutan. Itu hanya dari pandangan debo semata. Entah apa itu kenyataan, atau hanya sekedar perasaan.
”nggak usah deh, kak. Nggak enak ganggu,” tolak debo halus dan tak lupa memberi senyuman manisnya pada rio juga ify.
”nggak apa-apa kali, de. Kayak baru kenal aja,” kata ify sambil membalas senyuman debo.
Debo menggeleng pelan. ”nggak ah. Nanti aku jadi pajangan doang lagi di sana. Udah, kakak-kakak kencan aja berdua. Apa jangan-jangan kalian takut kangen sama aku?”
Ify dan rio pun langsung tertawa terbahak-bahak. Dengan gemas, ify pun mencubit kedua pipi debo membuat debo berteriak kesakitan. Sementara rio mengacak-acak rambut debo yang membuat debo segera mendelik ke arah rio. Debo kan memang kesal kalau rambutnya di acak-acak setelah sebelumnya ia sudah pakaikan gel, katanya sih supaya terlihat lebih macho.
”kak rio sama kak ify nih ya. Emang debo imut, nggak usah pake acara nyubit pipi sama ngacak-ngacak rambut deh,” keluh debo sambil membetulkan lagi posisi rambutnya. Lalu menatap jengkel ke rio dan ify yang sedang tertawa melihat ekspresi manja debo. ”udah sana. Pergi!”
”ini juga udah mau pergi tanpa kamu suruh. Yok, fy,” kata rio yang kembali ingin mengacak rambut debo, namun kali ini debo berhasil mencegah tangan jahil rio menyentuh rambutnya. Debo tersenyum penuh kemenangan, sementara rio langsung memasang ekspresi manyunnya.
”ayo. Jangan kangen ya, de,” kata ify yang langsung berlari setelah sebelumnya berhasil mencubit pipi chubby debo.
Debo ingin membalas. Tapi, apa daya saat ify langsung menarik rio dan memaksa rio untuk segera menyalakan motornya dan berlalu dari sana. Debo ingin mengejar, tapi apa daya dia kalah cepat dari ify yang sampai duluan ke motor rio. Debo makin kesal saat melihat ify melambai padanya dan tersenyum mengejek.
Debo menatap motor yamaha r-15 merah milik rio yang mulai menghilang dari pandangannya. Debo menghela nafas panjang. Lalu, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang menggelikan dan akhirnya tertawa girang. Tawanya sangat girang sampai memekakan telinga.
”debo. Kenapa kamu ketawa kaya begitu?” tanya tante gina, mama ify yang sudah berdiri di samping debo dan menatap debo bingung. ”ayo masuk. Temenin tante. Si ify baru aja pergi kan?”
Debo langsung tersenyum salting. Dia mulai merasa kalau dirinya seperti orang gila. Debo pun segera menyalami tante gina. Entah apa maksudnya. Dan tiba-tiba langsung ngacir meninggalkan tante gina yang terbengong-bengong.
Debo yang tengah berlari langsung menoleh ke belakang, ke arah dimana tante gina berdiri. ”nggak usah tante! Udah sore! Debo pamit ya!”
debo yang tengah berlari cepat-cepat dan tergesa-gesa itupun ditatap heran oleh tante gina. Tante gina yang sedang kebingungan pun melihat ke arah jam tangannya yang jelas-jelas masih menunjukan angka sepuluh, dan angka sepuluh itu juga menunjukan masih pagi karena matahari masih bersinar dengan terangnya.
Tante gina pun segera menggeleng pelan lalu tertawa kecil melihat tingkah debo yang polos dan asal-asalan itu. Tante gina pun memasuki rumahnya dan mengunci pintu gerbang yang engselnya sudah mau patah.
’dasar anak kelas 3 smp jaman sekarang. Udah mau deket ujian kok malah pada aneh begitu ya. Apa karena mereka setres mau ngadepin ujian. Kasian,’ batin tante gina lalu tertawa geli. ’perasaan dulu ify nggak gitu-gitu amat ah. Debo, debo.’
^0^
”sori, yo. Kayaknya... kita... mendingan...,” kata ify terpotong. Ify pun menghelakan nafas untuk kesekian kalinya. Menenangkan hatinya, lalu menatap mata rio dalam-dalam. ”putus.”
Rio segera menyemburkan air jeruk yang sekarang sudah menghambur ke mana-mana. Rio memandang ify tak percaya. Sedangkan ify takut untuk menatap mata rio. Ify pun menunduk. Rio sama sekali tak percaya akan pendengarannya. Rio menelan ludah berusaha mencerna kata-kata ify yang menurutnya sama sekali tak masuk akal.
”maksud kamu tuh apa? Kenapa tiba-tiba kamu minta putus? Salah aku apa? Atau... kamu punya cowok lain yang kamu sayang?” cerca rio sambil memegang pundak ify yang sudah bergerak naik turun. Ify menangis.
Ify segera menggeleng pelan. Mulutnya seakan terkunci rapat. Kepalanya masih menunduk. Dia tak mau menatap wajah rio. Rio menatap sosok di depannya dengan pandangan iba. Lalu, ia memeluk ify dan membopong ify ke tempat yang lebih sepi. Kan nggak enak jadi pusat perhatian. Apalagi di sebuah mall.
Rio kembali memeluk ify setelah sampai di loteng atas mall. Ify menangis semakin keras. Sementara rio masih bingung. Setalah agak lama rio membiarkan ify menangis di pelukannya, ify melepaskan pelukan rio yang terasa sangat hangat itu. Semakin lama berada di pelukan rio, semakin lama pula ia harus menyelesaikan ini semua.
”yo, aku... aku... aku minta putus,” kata ify lagi dengan suara serak dan tertahan.
”tapi, kenapa?” tanya rio lagi. Walau hatinya sakit, tapi dari nada suaranya masih saja terdengar sangat lembut.
”aku... aku... aku... udah nggak... nggak... sayang lagi sama... sama... kamu,” kata ify dengan suara tertahan.
Rio mengangguk. Hatinya sudah hancur berkeping-keping. Tapi, dia juga nggak bisa memaksakan kehendak. Itu adalah keputusan ify. Keputusan yang harus diterimanya. Walau terasa sangat menyakitkan.
”oke deh kalo gitu. Aku juga nggak bisa maksain. Dan kalo itu mau kamu... kita... kita... kita... putus,” kata rio lirih. Berat rasanya mengatakan kata ’putus’.
Rio pun meninggalkan ify yang masih terpaku. Air mata ify kembali meleleh saat rio meninggalkannya. Semakin deras saat tahu kalau status nya dengan rio sekarang sudah sebatas teman. Hubungan yang ia bertahankan selama delapan bulan akhirnya selesai. Ify berjongkok dan menutup wajahnya dengan tangannya. Berusaha meredam tangisannya yang terdengar semakin keras.
Tiba-tiba sebuah tangan mampir di pundak ify. Ify segera menghentikan tangisnya dan mengusap air matanya. Ternyata rio. Rio tersenyum pahit pada ify, lalu membantu ify berdiri. Dan membetulkan rambut ify dan menghapus air mata ify yang belum bersih sepenuhnya.
”nggak mungkin kan aku.... maksudnya gue, ninggalin kamu... eh, lo sendirian di sini,” kata rio masih tersenyum dan terlihat agak canggung. ”ayo pulang.”
Ify mengangguk dan menghindari tatapan rio yang lembut itu. Ify menyesal mengambil keputusan itu, tapi hati kecilnya berkata itu adalah keputusan yang terbaik untuknya. Ify mengikuti langkah rio dalam diam. Rio juga tak berkata apa-apa lagi saat dia mengantarkan ify sampai ke rumahnya.
^0^
Seperti biasa, minggu pagi ini debo jogging keliling komplek sendirian. Dan seperti biasa pula perhentian terakhirnya adalah rumah ify. Tak sengaja, debo melihat rio yang sedang asik memainkan basketnya namun dengan wajah yang tak seperti biasanya. Bahkan, rio yang jago basket itu, tak kunjung dapat memasukkan bola itu ke ring basket.
”kak rio!” panggil debo lalu berlari mendekati rio yang masih asik bermain di lapangan basket tengah kompleknya itu.
Rio segera menghentikan permainan basketnya dan menoleh ke arah debo yang tersenyum ke arahnya. ”eh, debo. Tumben mau negor? Biasanya sombong kalo ngeliat aku. Haha.”
”yaelah. Biasanya kan kamu yang sombong kak, apalagi kalo lagi berduaan sama kak ify. Hehe,” ledek debo sambil nyengir. Ekspresi rio berubah seketika. Apalagi saat mendengar nama ify.
Debo yang tidak menyadari perubahan ekspresi rio, lebih tertarik akan basket yang dipegang oleh rio. Dengan cepat, debo mengambil bola yang ada di tangan rio. Rio sempat kaget saat debo melakukannya. Lebih kaget lagi saat debo dari jarak yang cukup jauh berhasil memasukkan bola basket itu ke ring-nya.
”de, lo jago juga basketnya,” puji rio kagum. Sempat melupakan masalahnya dengan ify sejenak.
”haha. Enggak juga, kak. Cuma bisa dikit,” kata debo sambil mengoper bola itu kembali ke tangan rio.
”gini di bilang nggak jago? Gimana jagonya,” puji rio lagi sambil mendribel bola basketnya. ”gabung aja gih sama tim basket komplek kita. aku jamin kita bisa menang telak.”
”haha. aku sih pengen, tapi....,” kata debo terputus. Rio menatap debo heran. Tak biasanya dia melihat wajah debo semurung itu. Bagaimana tidak, debo kan selalu tampil di depannya sebagai sosok yang selalu ceria. Hidupnya seperti ada beban.
”tapi, kenapa?” tanya rio penasaran karena debo tak kunjung melanjutkan kalimatnya.
Debo mendongakan kepalanya, lalu menatap rio yang juga menatapnya heran. ”aku takut... nanti aku terkenal lagi gara-gara jago basket. Kan aku nggak mau di kerubungin fans-fans aku nanti. Apalagi sama fans aku yang fanatik. Ihhh, sumpah deh, aku nggak mau.”
Rio menghela napas kesal. Lalu menatap debo yang sedang tertawa ngakak, membuat rio tambah sebal. Debo pun menghentikan tawanya saat rio kembali sibuk bermain dengan bola basketnya. Merasa dicuekin, debo pun kembali ke tujuan utamanya, rumah ify. Tapi, saat debo hendak meninggalkan lapangan itu, sesuatu menusuk jantungnya dengan begitu keras, tak kuat menahan sakitnya debo pun terjatuh. Dia memegang dadanya dengan keras untuk menahan rasa sakitnya.
Rio yang sedang bermain basket pun langsung menatap debo yang wajahnya sudah sangat pucat. Rio pun langsung berlari ke arah debo dan membuang bola basketnya ke arah yang tak tentu. Dengan panik, ia membopong debo ke dekat lapangan dan menyuruhnya duduk.
”de, kamu kenapa? Muka kamu pucet banget?” tanya rio sambil memberikan air minum yang dia bawa tadi dari rumah.
”hehe. Nggak apa-apa kok, kak. Tiba-tiba aja dada aku sakit banget,” kata debo dengan suara yang kesakitan. Debo pun meminum seteguk air yang diberikan rio. Debo sedang nggak nafsu untuk minum kalau sedang kesakitan begini.
”dikit banget minumnya,” kata rio sambil mengambil kembali air minumnya dari tangan debo. Debo nya sih malah cengengesan. ”kamu kenapa sih?”
”ah, kak rio perhatian banget sih sama aku. Jangan-jangan kak rio.....,” kata debo ngaco sambil menatap rio dengan genit. Rio pun langsung mengerti maksud debo. Rio pun langsung kembali menjauhkan dirinya dari debo karena tampang debo yang sudah –menurut rio- menjijikan. Matanya debo aja udah kedap-kedip kayak orang cacingan.
Rio pun langsung menunjukan ekspresi tubuhnya yang mulai merinding saat debo mulai menatap genit ke arahnya. ”amit-amit deh aku. Udah sono kamu pergi, deh. Tadi kan kamu emang udah berniat mau pergi. Hussssh.”
”ih, kak rio jahat deh sama debo,” kata debo masih dengan suara yang super genit darinya. Wajah rio makin masam. Lalu debo tertawa terbahak-bahak lagi. ”tenang aja kali, kak. Aku masih normal.”
”kirain. makanya punya cewek dong, de,” ledek rio sambil meminum air mineralnya.
”iya deh yang punya cewek,” cibir debo, tapi entah kenapa, cibiran itu membuat hati rio sakit. ”o, ya, aku mau ke rumah kak ify nih. Kakak ikut nggak?”
Dengan mantap rio menggeleng lalu meninggalkan debo yang terbengong-bengong melihat mata rio yang sudah memerah. Tapi, dihiraukannya masalah itu dan langsung melanjutkan perjalanannya lagi ke rumah ify.
^0^
Debo terpaku saat tiba-tiba ify memeluk tubuhnya dan kemeja debo basah, rupanya ify menangis. Debo berusaha menenangkan gadis itu dengan cara mengelus-elus punggungnya dan kadang juga membelai rambutnya. Debo shock. Bagaimana tidak, saat ia baru datang ke rumah ify, tiba-tiba saja ia disambut oleh mata merah ify dan juga pelukan hangat namun terasa menyakitkan dari ify.
”kak ify kenapa? Ayo deh kita masuk dulu. Ntar kak ify cerita sama aku ya,” kata debo lembut dan membopong ify yang tengah lemas itu masuk, seakan ia tuan rumahnya. Maklum, mereka tadi sedang berada di luar gerbang saat melakukan adegan pelukan.
Setelah duduk dengan tenang dan tangisan ify sedikit mereda, debo pun mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan ify lembut. Ify kaget dan merasa ada yang aneh dengan genggaman debo, tapi entah kenapa ify merasa nyaman dengan genggaman itu. Terasa hangat dan menyenangkan.
”emmm... sekarang kakak udah bisa cerita?” tanya debo sambil terus menggenggam tangan ify. Air muka ify berubah lagi. Segenang air mata muncul lagi di kedua matanya. Debo langsung panik dan mempererat genggaman tangannya lagi pada ify. ”kalo kak ify nggak bisa cerita juga nggak apa-apa kok. Aku nggak maksa. Tapi kak ify jangan nangis lagi dong.”
Ify menggeleng lemah. ”nggak kok de. Aku mau cerita.”
Debo mengangguk dan menunggu sampai ify siap. Namun, setiap ify ingin mengucapkan sepatah kata dari mulutnya, tanpa ify sadar air mata pun jatuh membasahi pipinya. Berkali-kali pula debo membantu ify mengusap air matanya.
”aku... aku... aku putus sama rio,” kata ify sambil terisak. Hampir saja debo menyenggol vas bunga yang berada di sebelahnya karena kaget.
”kok bisa?!” jerit debo kaget dan langsung melepaskan genggaman tangannya dari ify. Ify akan menangis lagi. Dengan sigap, debo pun menggenggam erat tangan ify lagi. ”maaf, maaf. Aku Cuma kaget aja kak. Emm,,, ngomong-ngomong.... kenapa kakak bisa putus sama kak rio? Bukannya kalian saling sayang?”
”aku... aku... aku... aku takut... aku takut kalo... kalo aku... semakin sayang sama rio,”isak ify membuat debo mempersempit jaraknya dengan ify dan membiarkan ify menangis sepuasnya di bahu debo.
”kenapa takut?” tanya debo yang kemudian merasa sesuatu mampir di pikirannya. ”apa karena prinsip kakak itu? Kalo, sesuatu tak ada yang abadi? Kayak lagu kesukaan kakak itu?”
Ify mengangguk. Lalu melepaskan tubuhnya dari pelukan debo dan menatap debo nanar. ”iya. aku... aku takut.. kalo aku semakin sayang sama rio... aku... aku bakalan susah ngelepas rio. Dan... dan.. dan aku takut... kalo... kalo udah sayang banget sama rio... aku... aku takut bakalan... bakalan kehilangan dia. Lagipula hati kecil ku bilang... kalo.. kalo aku harus ngelepas rio. Kan ada yang bilang... kalo... kalo hati kecil itu... murni perasaan... perasaan kita sendiri.”
”tapi, kak rio itu sayang banget sama kak ify. Aku yakin, dia juga nggak bakalan tega ninggalin kak ify,” kata debo lagi sambil membelai kepala ify lembut. Ify segera menghapus air matanya yang mulai terjatuh lagi.
”aku... aku tahu. Tapi, kan nggak selamanya juga rio bakalan ada untuk aku. Dia... dia pasti bakal ninggalin aku juga. Seperti papa... ninggalin mama,” kata ify lirih dan mulai dapat mengontrol air matanya.
Debo mengerti maksud ify. Papa ify sudah meninggal, meninggalkan ify dan keluarganya untuk selamanya. Memang sih, semua tak ada yang abadi. Tapi, menurut debo, ify sudah keterlaluan. Masa mengorbankan kabahagiannya sendiri hanya karena prinsipnya yang super, duper gak masuk akal itu.
”kak ify,” panggil debo tiba-tiba membuat ify tersentak. ”coba pejemin mata kak ify.”
”buat apa?” tanya ify yang bingung.
”ini emang agak jadul sih, tapi katanya kalo kita mejemin mata, orang pertama yang kita lihat itu adalah orang yang kita bener-bener sayangi. Nah, mungkin aja ada orang lain yang muncul pas kak ify pejemin mata. Dan itu juga merupakan alasan kenapa kak ify mutusin kak rio,” jelas debo sambil terkekeh.
Ify mengangguk mengerti. Dia sudah sering mendengar kata-kata itu di sinetron maupun di novel dan cerpen yang ia baca. Ify juga belum pernah mencoba hal itu. Jadi, apa salahnya mecoba. Dengan mantap, ify pun memejamkan matanya. Debo menatap ify penasaran. Apalagi saat ify memejamkan mata, ify seperti sedang terkaget-kaget. Setelah agak lama, ify pun membuka matanya.
”siapa kak yang muncul?” tanya debo sambil menatap ify yang terlihat ragu.
”eng... wajahnya nggak jelas, de. Kabur,” kata ify namun dengan penuh keraguan. ”emang kamu yakin, de, orang yang kita lihat kalo kita merem gitu, itu tandanya bener-bener orang yang kita sayang?”
”ya, kata orang-orang sih gitu. Tapi, nggak tahu-lah,” kata debo ikut-ikutan bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya karena gatal sekaligus bingung.
Ify mengangguk mengerti. Lalu menatap wajah debo yang sedang memikirkan sesuatu. Dan lama-lama ada suatu pikiran janggal di benak ify. Ia merasa wajah debo terlihat sangaaaaaaaaaat manis. Padahal selama ini, ify sering melihat wajah debo, memang debo itu manis, tapi tidak semanis saat ify melihat debo sekarang ini.
”kak ify,” panggil debo sambil menerawang ke langit. Ify langsung mengalihkan pandangannya dari wajah debo. Ify merasa ada sesuatu yang menyenangkan dalam dadanya. ”aku mau kasih hadiah buat kak ify.”
”hah? Apaan?” tanya ify yang sebenarnya tak sepenuhnya mendengar kata-kata debo. Masih sibuk dengan debaran menyenangkan di dadanya.
”aku pengen buktiin ke kak ify, kalo ada sesuatu yang abadi!” kata debo mantap sambil menatap ify yakin.
”apa?!” teriak ify kaget. Ia baru sadar apa yang debo katakan sejak tadi. ”emang ada apa sesuatu yang abadi?”
”ada. Dan aku bakalan buktiin ke kak ify,” kata debo masih seyakin tadi. Ify mengerutkan keningnya.
”apaan tuh? Jangan bikin aku penasaran deh,” paksa ify yang sangat penasaran.
”jangan sekarang. Nggak seru lagi. Nanti aja deh kalo aku selesai ujian nasional,” jawab debo enteng membuat ify gemas dan tak sabar. Tapi, nanti juga dia pasti tahu.
”oh, iya ya. Besok kamu udah UAN. Si ozy juga kan?” tanya ify sambil menatap debo yang mengangguk santai. ”si ozy... bukannya belajar malah jalan tuh sama si acha. Kamu juga tuh, bukannya belajar, malah mampir ke sini.”
”hhehee. Niat aku ke sini kan pengen belajar sama ozy. Eh, ternyata ngeliat kak ify lagi nangis. Terpaksa deh aku hibur,” ledek debo membuat ify merengut.
”jadi terpaksa nih?” sindir ify. Debo pun terkekeh.
Tak berapa lama, ozy pun datang dengan membawa sekantong plastik belanjaan. Ify terlihat girang melihat ozy dan membantu ozy membuka gerbang pagar rumahnya, dan memasukkan motornya ke dalam garasi. Ify sudah melupakan masalahnya sejenak. Ozy adalah adik ify yang keberulan satu sekolah bahkan satu kelas sama debo. Ozy dan ify hanya berbeda satu tahun. Ozy kelas 3 smp dan ify kelas 1 sma.
”eh, debo. Jadi belajar bareng?” tanya ozy saat sudah berada di hadapan debo.
”jadilah. Kasihan tuh debo udah nungguin kamu dari tadi,” kata ify sambil membawa barang-barang belanjaan ozy ke dalam.
”yeee, perasaan tadi gue nanya lo deh, de. Kenapa kak ify yang jawab?” tanya ozy bingung lalu melepaskan kedua sepatunya. ”yok, ke dalem.”
Debo mengangguk lalu ke dalam rumah ify yang sedang bersama tante gina. Debo tersenyum malu pada tante gina, ingat kejadian waktu itu. Sementara tante gina udah mesem-mesem nggak karuan. Ozy menatap debo dan mamanya aneh, namun ia tak begitu mempedulikannya.
Mereka pun memulai pelajaran mereka hari itu. Senin waktunya mereka akan menjalani UAN selama 4 hari. Dimulai dengan pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan diakhiri dengan IPA *maaf kalo ngaco. Lupa yg duluan apaan*. Ozy juga sempet meledek ify saat ify membawakan sirup untuk debo. Setau ozy, ify itu paling males nyiapin apapun untuk tamunya. Tapi, saat ada debo ify berubah jadi rajin. Pokoknya sore itu menjadi hari ozy untuk meledek debo dan ify deh. Tapi, tetap saja debo dan ozy menjalankan acara belajar bersamanya.
^0^
Hari ujian sudah selesai. Dan kali ini, ify menunggu kedatangan debo dan ozy yang berjanji men-traktirnya karena sudah selesai ujian. Kebetulan sekarang ify sedang libur. Anak kelas 3 dan kelas 2 sma sedang study tour, jadinya kelas 1 nya di liburkan saja. Lagian pasti banyak anak yang malas masuk karena beberapa guru juga ikut.
Ify sedang duduk santai sambil membolak-balik majalahnya. Tanpa sengaja, ia merobek sedikit bagian dari majalah itu. Ify mencoba menyambungnya supaya tak begitu terlihat, tapi saat ify mau membetulkan majalahnya, sebagian dari kertas itu malah robek. Ify pun jadi malas membaca majalah itu.
Saat ify melihat dari jauh, ia melihat motor ozy yang sudah terparkir di depan rumahnya. Ozy membuka helm-nya, dari wajahnya terlihat kalau ozy sedang panik.
”zy, kok sendirian? Debo mana? Jadi nraktir kan?” tanya ify tak mempedulikan wajah ozy yang terlihat sangat panik.
”debo, debo... udahlah. Mending sekarang kakak cepetan naik deh! Sini!” perintah ozy yang tak sanggup mengatakan apapun lagi.
”debo? Debo kenapa? Terus kenapa aku harus naik ke motor kamu, sih,” kata ify bingung melihat wajah ozy yang sudah merah padam.
”udah cepetan!” bentak ozy membuat ify tersentak kaget. Ify pun mendekati motor ozy dengan wajah ketakutan. Ozy sadar ia telah melakukan suatu kesalahan. ”maaf, kak. Tapi ini penting banget. Nanti aku ceritain di sana kalo udah sampe.”
”emang kita mau ke mana?” tanya ify dengan ragu.
”rumah sakit,” jawab ozy singkat.
Ify tidak bertanya apa-apa lagi setelah itu karena ia harus berkonsentrasi pada pegangannya ke kemeja ozy. Habis, ozy mengendarai motornya kayak nggak ngeliat lampu merah, ngebut banget. Pembalap F1 aja kalah.
^0^
Ozy segera memarkirkan motornya dan menarik tangan ify paksa menuju ke dalam rumah sakit. Ify sih Cuma pasrah aja. Ingin bertanya, tapi takut kena amukan ozy. Ternyata ozy adik semata wayangnya ini kalau sedang marah sangat menyeramkan. Setelah, menanyakan informasi pada administrasi, ozy pun segera berlari menuju ruangan yang diberi tahu suster itu.
”kakak nggak pengen nanya ngapain kita ke sini?” tanya ozy saat mereka berada di dalam lift.
”yah... pengen sih. Tapi kakak takut di bentak lagi sama kamu. Serem,” jawab ify sambil bergidik ngeri.
”maaf, kak. Tapi ini gawat banget,” kata ozy sambil mengusap peluhnya yang sudah membanjiri wajahnya dan juga seragamnya.
”gawat kenapa?” tanya ify sambil keluar lift bersama ozy karena sudah sampai di tempat yang mereka tuju.
”debo kak, debo,” ozy mulai panik lagi. Kemudian, ozy menarik nafasnya dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. ”debo, tadi pas udah selesai ujian, tiba-tiba dia kayak tidur gitu dan nggak bangun-bangun biarpun udah di panggil-panggil. Terus, karena penasaran, pengawas pun ngedeketin debo. Dan ternyata setelah di periksa, jantung debo udah lemah banget. Nafasnya aja suka ada suka enggak. Langsung aja deh dia dibawa ke rumah sakit. Dan, di kertas ujian debo, ada nama kakak ditulis nama kakak di situ. Ya udah, aku langsung panggil aja kakak. Aku juga udah telepon kak rio, katanya dia mau ke sini.”
Ify merasa tubuhnya terasa lemas. Badannya pun limbung, untung ada ozy yang sigap menangkap tubuh kakaknya itu. Air mata ify langsung terjatuh dan saling berkejar-kejaran membasahi pipinya. Ozy berusaha menyeimbangkan tubuh ify yang semakin melemah. Ozy semakin tidak kuat dan hampir saja jatuh kalau rio tidak datang tiba-tiba membantu ozy menyeimbangkan tubuh ify.
Ozy dan rio pun memapah tubuh ify menuju ke depan sebuah ruangan, tepat di mana ruangan itu dihuni debo. Orang-orang yang berada di depan ruangan itu rata-rata sedang menangis. Ada juga alvin, kakak dari debo yang terlihat cool, namun ternyata turut menambahkan suasana berduka di ruangan itu.
Entah ada kekuatan dari mana, tiba-tiba ify segera berlari menghampiri tante halimah, mama debo. Ozy dan rio yang masih takjub pun mengikuti ify yang tiba-tiba menjadi kuat kembali, berlari mendekati tante halimah. Tante halimah menatap ify dengan mata sembab-nya. Kemudian, tante halimah mencoba tersenyum paksa pada ify. Ify mengelus-elus punggung tante halimah, mencoba menenangkan, walau ternyata dirinya sendiri juga tak bisa tenang.
”tante, tante, debo... debo... debo keadaannya gimana tante? Apa... apa semakin... semakin parah?” tanya ify panik tak bisa menahan air matanya.
”debo, debo...... debo.......... debo........ udah nggak ada,” kata tante halimah dengan suara tercekat. Tangisnya juga semakin parah.
Ify serasa mau pingsan. Ozy dan rio juga tersentak sangat kaget. Jantung mereka berdetak sangat cepat. Rio dengan sigap kembali menahan tubuh ify yang kembali limbung. Namun, kali ini ify tidak terlalu lemas seperti tadi. Ia masih bisa menahan tubuhnya walau hanya sedikit. Jadi, rio tak sepenuhnya menahan beban tubuh ify.
Dengan sedikit kekuatan yang ify miliki, ify pun berlari ke ruangan debo tanpa mempedulikan apapun lagi. Air mata ify kembali meleleh saat melihat tubuh debo sudah terbujur kaku, matanya terpejam, namun senyuman manisnya masih setia menghiasi bibirnya. Ify pun menggenggam tangan debo yang sudah mulai terasa dingin itu.
”debo,” panggil ify lirih, kemudian terjatuh karena kakinya terasa lemas. Tapi, tangannya masih menggenggam erat tangan debo. ”mana janji kamu?! Mana?! Katanya kamu mau nraktir aku abis ujian?! Katanya kamu mau buktiin kalo ada sesuatu yang abadi?! Tapi mana?! Kamu aja ninggalin aku secepat ini! Kamu jahat debo! Kamu jahat!”
”kak ify,” tiba-tiba ozy sudah muncul di belakangnya sambil menyerahkan amplop surat di sebelah ify. Tangan ify gemetar saat memegang surat itu. ”tadi pas selesai ujian, aku ngeliat surat itu di atas meja debo. Ya, aku ambil aja, karena saat aku liat, surat itu buat kak ify. Kak ify baca sekarang ya.”
Ify mengangguk lemah. Lalu mencoba berdiri dengan kakinya. Lalu membuka surat itu perlahan-lahan.
Hai, kak ify, hehe,,,
Mungkin kak ify lagi nangis pas baca surat ini,,,
Hehehe,,,
Kak, mungkin di surat ini, debo pengen ngucapin kata perpisahan untuk kak ify,,, maaf yah kak, debo nggak cerita-cerita sama kak ify, kalo debo punya penyakit jantung,,, hehehe,,, yah, di vonis dokter bahwa hidup debo nggak bakalan lama lage, dan debo sadar akan hal itu,, tapi, debo ikhlas kok menjalani hidup yang udah Tuhan kasih ke Debo.
Jujur dari lubuk hati debo, debo sayaaaaaaaaaang banget sama kak ify. Bukan sayangnya seorang adik ke kakaknya, tapi lebih. Yah, bisa dibilang itu cinta. Udah beberapa kali debo berniat untuk nembak kak ify, tapi kasihan, nanti kak ify mati. Hahahahaha,, bercanda kak.
Aku gagal terus untuk nyatain cinta ke kak ify karena aku takut kalo kakak nggak mau pacaran sama aku karena aku lebih muda dari kakak. Mungkin aja kakak malu kan pacaran sama berondong. Hehehe...
Jujur nih kak, hati aku sempet sakit banget waktu kak ify bilang udah jadian sama kak rio. Dan wajah kak ify juga keliatan bahagia banget. Tapi, akhirnya aku berhasil menutupi rasa sakitku itu dengan selalu ada di deket kak ify. Dan ternyata aku cukup bahagia dengan hal itu. Aku bahagia kalo kak ify juga bahagia. Ah, kata-kata lama emang, tapi ternyata kata-kata itu bernilai ajaib loh.
Waktu kakak cerita kalo kakak putus sama kak rio, entah apa yang ku rasain, sedih apa seneng. Aku juga bingung. Tapi, aku lega karena keputusan yang kak ify ambil. Apalagi, semenjak itu, kak ify jadi lebih perhatian sama aku. Seneng deh kak. Hehe.
Dan aku berniat kalo aku akan meninggal saat aku sudah menyelesaikan ujian. Perjuanganku melawan sakit jantung itu emang bener-bener luar biasa sakitnya, kak. Tapi, aku tetep berniat untuk bisa menyelesaikan ujian.
Maaf ya kak janji palsu itu soal nraktir kakak, aku udah nggak kuat nahan rasa sakitnya kak. Cape banget. Hehe. Tapi, aku tetep bakal buktiin kalo ada sesuatu yang abadi.
Sesuatu yang abadi itu adalah rasa sayang aku ke kakak. Aku udah buktiin hal itu. Aku tetep cinta dan sayang sama kakak bahkan walau kakak udah jadi milik seseorang. Aku sayaaaaaaaaaang banget sama kakak. Bahkan, sampai saat aku nggak ada, aku bakal terus sayang sama kakak. Dan kasih sayang itu bakalan terus abadi.
Seperti papa kak ify, mungkin papa kak ify nggak bisa abadi berada di sisi kak ify, tapi aku yakin, rasa sayang papa kak ify ke kakak, tante gina, bahkan ozy akan terus abadi. Jadi, jangan pernah berpikir kalo nggak ada sesuatu yang abadi. Ada kok yang abadi.
Salam juga ya kak buat ozy, kak rio, dan tante gina. Maaf kalo aku pergi tanpa pamit. Dan inget kak, lupain prinsip kakak kalo ’tak ada yang abadi’, aku udah buktiin kan kak kalo ada yang abadi. Sekian dulu deh kak surat dari aku. Pegel nih nulisnya juga. Hehe.
Salam sayang dari debo untuk kak ify tercinta dan semua orang :D
Ify tak bisa menahan air matanya lagi saat ini. Isakan keras ify pun mulai memenuhi ruangan itu. Ify nggak nyangka kalo selama ini debo menyukainya, lebih dari seorang sahabat. Ify menatap tubuh debo lagi yang tengah tersenyum, senyum penuh kedamaian. Dengan gerakan cepat, ify membuang kertas itu seenaknya dan memeluk debo dengan erat. Tubuh itu sudah dingin, namun masih terasa hangat di hati ify.
Ozy dan rio yang mendengar isakan keras ify langsung mengambil surat yang ify buang dan membaca isinya. Ozy dan rio sampai terperangah, tak menyangka kalau debo ternyata menyukai ify. Ozy dan rio juga tak kunjung dapat menahan air matanya dan mendekati mayat debo dan menggenggam erat tangannya.
”de, kenapa kamu nggak bilang kalo kamu suka sama ify?” tanya rio pada debo sambil mengacak-acak rambut debo. Kalau debo masih hidup, pasti debo akan marah sama rio. ”dasar, anak bodoh.”
”emang, debo bodoh. Masa, kamu juga nggak cerita sama aku, kalo kamu punya penyakit jantung? Aku kan bisa ngebahagiain kamu di saat-saat terakhir,” kata ozy sambil menelungkupkan kepalanya di atas tangan debo, mencoba untuk menyembunyikan air matanya.
”de... kenapa... kenapa kamu nggak bilang kalo kamu suka sama aku. Asal kamu tahu ya, de... waktu... waktu kamu nyuruh aku pejemin mata dan kamu bilang kalo aku pejemin mata dan ngelliat seseorang, berarti itulah orang yang sangat aku sayang. Dan... dan kamu harus tahu... saat aku mejemin mata... yang muncul itu malah wajah kamu. Awalnya aku nggak menyadarinya. Tapi, tapi... tapi ternyata, aku emang sayang sama kamu,” isak ify sambil terus memeluk mayat debo.
”permisi,” kata seorang suster yang tiba-tiba muncul di sebelah ozy. ”debonya mau di mandiin dulu.”
Dengan berat, ozy, rio, dan ify melepaskan tubuh debo. Mereka merasa kehilangan sesosok yang berharga saat itu. Ini saatnya mereka harus kehilangan sosok jahil, selalu ceria, pinter ngelawak, bawel itu, untuk selamanya.
^0^
Saat jenazah debo dimasukkan, tangis riuh langsung menghampiri suasana siang itu. Tentu saja ify dan tante halimah yang menangis paling keras. Rio dan ozy menangis tanpa suara, namun air matanya mengucur deras. Sedangkan alvin, kakak debo yang tengah duduk di bangku kuliah ini, tampak tak sedikitpun mengeluarkan air mata. Hanya genangan air mata yang berada di pelupuk matanya, tak berhasil menetes karena alvin dengan cepat menghapusnya. Rupanya, kematian debo membuat semua orang terluka. Teman sesekolah debo pun rata-rata hadir. Tante halimah sangat surprise. Ternyata anaknya telah menjadi sosok yang sangat berarti di manapun ia berada.
”tante, rio, ozy, kak alvin,” panggil ify dengan suara serak saat semua orang yang menghadiri pemakaman debo sudah pada pulang. ”ify mau ke halte deket sini dulu ya. Ke tempat kenangan debo sama ify waktu kecil.”
”ya udah sana. Kak alvin sama lainnya tunggu di sini ya,” kata alvin mewakili semuanya karena sedang sibuk meratapi kepergian debo.
Ify mengangguk lalu meninggalkan pusara debo dan segera menuju ke halte, tempat yang sangat ingin dikunjunginya. Tempat pertama kali ify bertemu dengan debo. Memang, gak elit banget sih, tapi itulah kenyataannya. Di tempat ini, debo berani membela ify saat ify sedang di ganggu oleh anak-anak SMP. Waktu itu, ify sedang duduk di kelas 3 SD, sedangkan debo masih kelas 2 SD. Dengan berani dan gaya ngebanyol-nya, debo berani membela ify yang ujung-ujungnya debo yang malah menangis karena permennya di ambil oleh anak SMP itu. Gantian ify yang membelanya. Ify tertawa kecil saat mengingat masa-masa itu.
Ify pun duduk di bangku halte itu, di sebelah seseorang yang sedang membaca koran dengan asyiknya. Ify pun mengamati sekitar halte itu, sampai ia melihat sesosok orang aneh yang tiba-tiba duduk di sampingnya. Orang itu menatap genit ke arah ify. Ify mulai merinding. Apalagi, saat ify melihat sosok laki-laki itu mengenakan tatto yang bergambar tidak senonoh.
Ify mencoba mengalihkan pandangannya menuju ke arah langit, dan kembali mengenang peristiwa yang ia lalui bersama debo. Entah kenapa, kali ini ify sangat ingin tersenyum. Ia seperti melihat debo tersenyum di awan yang berarakan itu.
Tapi, tiba-tiba, orang aneh di sebelah tubuh ify itupun memeluk ify erat secara tiba-tiba. Kemudian, orang aneh itu tersenyum padanya masih dengan jenis pelukan yang sama. Ify ingin berteriak, tapi kalau dalam keadaan panik begini, ify malah tidak bisa melakukan apapun selain menangis. Ify mencoba meminta pertolongan orang di sebelahnya yang sedang membaca koran dengan seriusnya. Tapi, tak ada respon dari orang itu karena ify juga tak bisa mengeluarkan suara sedikitpun. Orang aneh itu makin menikmati pelukannya. Ify ingin meminta tolong orang yang lewat, tapi saat itu sedang sepi jadi tak ada seorang pun yang lewat. Ify makin pasrah, menunggu keajaiban yang datang.
”pak polisi! Ada dua orang yang berbuat tidak senonoh itu di sini, pak! Mengganggu ketenangan dan ketentraman saya nih, pak!” teriak seseorang di sebelah ify yang akhirnya memalingkan wajah dari korannya itu tiba-tiba. Ify dan orang aneh itu pun melirik ke arah orang itu dengan tatapan heran sekaligus terkejut. Ify makin terkejut saat melihat wajah orang itu.
”tenang, tenang! Kamu kesini!” teriak seseorang lagi, namun dengan suara yang agak mendelep. Ify menoleh ke sekitar tapi tak ada siapapun.
Berbeda dengan orang aneh itu yang langsung panik dan melepaskan pelukannya dari ify. Kemudian, ia lari tunggang langgang tanpa mempedulikan arah. Orang yang wajahnya sempet membuat ify terperangah itupun langsung tergelak geli.
”hahahaha! Dasar penjahat, dodol! Masa Cuma sama rekaman suara dari hp aja takut!” kata orang itu tak bisa menghentikan tawanya. Ify yang melihat orang itu kembali terperangah saat melihat gaya bicaranya mirip dengan sosok yang sangat ia kenal.
”ehm, makasih ya,” kata ify dengan suara lembutnya membuat orang itu menoleh ke arahnya dan tersenyum manis. Ify pun mengulurkan tangannya. ”kenalin, gue ify.”
”hehehe. Sama-sama. Kenalin nama gue arya,” katanya yang ternyata bernama arya sambil membalas uluran tangan ify.
Ify terperangah kembali, wajah, senyumannya, ketawanya, gaya bicaranya, sangat mirip seseorang yang mulai saat ini sangat ia sayangi melebihi siapapun, ya, dia adalah DEBO!!
”lo... lo... lo sering ke sini?” tanya ify dengan terbata-bata karena masih sangat terkejut.
”hemmm, di bilang sering sih juga enggak, tapi kalo di bilang jarang juga enggak,” jawab arya setelah sebelumnya berpikir sebentar.
”jadi kadang-kadang doang?” tanya ify lagi tak bisa menghentikan senyumannya. Ia merasa telah menemukan sosok debo yang baru.
”iya, enggak juga sih,” kata arya dengan wajah polosnya. Ify ingin tertawa geli, tapi ditahannya itu semua. Ify nggak mau nyinggung perasaannya arya.
”kak ify! Ayoooo balik!” teriak seseorang dari seberang sana. Ify menoleh dan menatapi sosok ozy dengan wajah kecewa. Ia masih ingin bersama arya.
”ya, gue pamit dulu, ya. Udah di panggil sama adek gue tuh,” pamit ify sambil tersenyum lemas.
”oh, iya,” kata arya yang lalu melambaikan tangan ke arah ify kemudian tersenyum lebar. ”semoga kita ketemu lagi.”
”gue yakin kita ketemu lagi. Kita kan jodoh,” kata ify yang langsung berlari ke arah ozy, alvin, rio, dan tante halimah sambil menyembunyikan semburat merahnya. Arya sempat terbengong sebentar, tapi kemudian tersenyum dan kembali menekuni korannya.
Ify berlari dengan wajah sumringah, membuat rio dan ozy terbengong-bengong.
”ayo balik. Dan tante, jangan sedih mulu, dong. Kayak ify nih yang udah berubah ceria. Debo akan selalu ada di sisi kita kok, bukan hanya dalam wujud sayangnya kepada kita, tapi juga dalam wujud nyata,” kata ify yang langsung meloncat riang ke arah mobil milik tante halimah itu.
Takkan selamanya, raga ini menjagamu...
”hai kak ify,” panggil debo riang dan menghentikan senandung dari bibir mungil ify.
”hai, debo. Loh, kok udah pulang sekolah?” tanya ify heran saat melihat debo memakai baju bebas, bukan seragam. Biasanya kan debo main ke rumah ify pake baju seragam.
”ini kan hari sabtu, kak. Libur,” kata debo sambil mencubit kedua pipi ify gemas. Ify tersenyum malu.
”hehe. Kak ify lupa. Maklum, udah tua,” kata ify sambil memperlihatkan kembali senyumnya. Namun yang ini terlihat lebih manis. ”duduk, de.”
”nggak usah, kak. Lagian aku yakin bentar lagi kakak mau dijemput kan?” tanya debo jahil membuat semburat merah muncul di kedua pipi ify.
”di jemput siapa?” tanya ify sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.
”ah, nggak usah pura-pura nggak tau deh,” ledek debo sambil mencubit kedua pipi ify, yang sepertinya sudah jadi kebiasaannya. ”sama ayang rio.”
”ah, debo. Nggak usah cubit-cubit deh. Aku tahu, aku emang imut, tapi nggak usah cubit-cubit dong,” kesal ify sambil mengusap-usap pipinya. debo malah nyengir.
Tiba-tiba terdengar suara motor yang sedang diparkir di depan rumah ify. Pengendara motor itupun membuka helm-nya dan merapikan rambutnya yang agak berantakan. Setelah itu, dia turun dari motor setelah sebelumnya berkaca di spion motor sambil membereskan rambutnya, lalu masuk ke dalam rumah ify disertai senyum manisnya yang khas.
”hai, fy. Ayo berangkat?” ajak orang itu sambil tersenyum ke arah ify. Lalu melihat debo yang juga tengah tersenyum padanya. ”eh, ada debo juga. Mau ikutan?”
Debo tersenyum kecil, lalu melirik ify yang juga tersenyum padanya. Sepertinya sih, ify juga barharap debo ikutan. Itu hanya dari pandangan debo semata. Entah apa itu kenyataan, atau hanya sekedar perasaan.
”nggak usah deh, kak. Nggak enak ganggu,” tolak debo halus dan tak lupa memberi senyuman manisnya pada rio juga ify.
”nggak apa-apa kali, de. Kayak baru kenal aja,” kata ify sambil membalas senyuman debo.
Debo menggeleng pelan. ”nggak ah. Nanti aku jadi pajangan doang lagi di sana. Udah, kakak-kakak kencan aja berdua. Apa jangan-jangan kalian takut kangen sama aku?”
Ify dan rio pun langsung tertawa terbahak-bahak. Dengan gemas, ify pun mencubit kedua pipi debo membuat debo berteriak kesakitan. Sementara rio mengacak-acak rambut debo yang membuat debo segera mendelik ke arah rio. Debo kan memang kesal kalau rambutnya di acak-acak setelah sebelumnya ia sudah pakaikan gel, katanya sih supaya terlihat lebih macho.
”kak rio sama kak ify nih ya. Emang debo imut, nggak usah pake acara nyubit pipi sama ngacak-ngacak rambut deh,” keluh debo sambil membetulkan lagi posisi rambutnya. Lalu menatap jengkel ke rio dan ify yang sedang tertawa melihat ekspresi manja debo. ”udah sana. Pergi!”
”ini juga udah mau pergi tanpa kamu suruh. Yok, fy,” kata rio yang kembali ingin mengacak rambut debo, namun kali ini debo berhasil mencegah tangan jahil rio menyentuh rambutnya. Debo tersenyum penuh kemenangan, sementara rio langsung memasang ekspresi manyunnya.
”ayo. Jangan kangen ya, de,” kata ify yang langsung berlari setelah sebelumnya berhasil mencubit pipi chubby debo.
Debo ingin membalas. Tapi, apa daya saat ify langsung menarik rio dan memaksa rio untuk segera menyalakan motornya dan berlalu dari sana. Debo ingin mengejar, tapi apa daya dia kalah cepat dari ify yang sampai duluan ke motor rio. Debo makin kesal saat melihat ify melambai padanya dan tersenyum mengejek.
Debo menatap motor yamaha r-15 merah milik rio yang mulai menghilang dari pandangannya. Debo menghela nafas panjang. Lalu, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang menggelikan dan akhirnya tertawa girang. Tawanya sangat girang sampai memekakan telinga.
”debo. Kenapa kamu ketawa kaya begitu?” tanya tante gina, mama ify yang sudah berdiri di samping debo dan menatap debo bingung. ”ayo masuk. Temenin tante. Si ify baru aja pergi kan?”
Debo langsung tersenyum salting. Dia mulai merasa kalau dirinya seperti orang gila. Debo pun segera menyalami tante gina. Entah apa maksudnya. Dan tiba-tiba langsung ngacir meninggalkan tante gina yang terbengong-bengong.
Debo yang tengah berlari langsung menoleh ke belakang, ke arah dimana tante gina berdiri. ”nggak usah tante! Udah sore! Debo pamit ya!”
debo yang tengah berlari cepat-cepat dan tergesa-gesa itupun ditatap heran oleh tante gina. Tante gina yang sedang kebingungan pun melihat ke arah jam tangannya yang jelas-jelas masih menunjukan angka sepuluh, dan angka sepuluh itu juga menunjukan masih pagi karena matahari masih bersinar dengan terangnya.
Tante gina pun segera menggeleng pelan lalu tertawa kecil melihat tingkah debo yang polos dan asal-asalan itu. Tante gina pun memasuki rumahnya dan mengunci pintu gerbang yang engselnya sudah mau patah.
’dasar anak kelas 3 smp jaman sekarang. Udah mau deket ujian kok malah pada aneh begitu ya. Apa karena mereka setres mau ngadepin ujian. Kasian,’ batin tante gina lalu tertawa geli. ’perasaan dulu ify nggak gitu-gitu amat ah. Debo, debo.’
^0^
”sori, yo. Kayaknya... kita... mendingan...,” kata ify terpotong. Ify pun menghelakan nafas untuk kesekian kalinya. Menenangkan hatinya, lalu menatap mata rio dalam-dalam. ”putus.”
Rio segera menyemburkan air jeruk yang sekarang sudah menghambur ke mana-mana. Rio memandang ify tak percaya. Sedangkan ify takut untuk menatap mata rio. Ify pun menunduk. Rio sama sekali tak percaya akan pendengarannya. Rio menelan ludah berusaha mencerna kata-kata ify yang menurutnya sama sekali tak masuk akal.
”maksud kamu tuh apa? Kenapa tiba-tiba kamu minta putus? Salah aku apa? Atau... kamu punya cowok lain yang kamu sayang?” cerca rio sambil memegang pundak ify yang sudah bergerak naik turun. Ify menangis.
Ify segera menggeleng pelan. Mulutnya seakan terkunci rapat. Kepalanya masih menunduk. Dia tak mau menatap wajah rio. Rio menatap sosok di depannya dengan pandangan iba. Lalu, ia memeluk ify dan membopong ify ke tempat yang lebih sepi. Kan nggak enak jadi pusat perhatian. Apalagi di sebuah mall.
Rio kembali memeluk ify setelah sampai di loteng atas mall. Ify menangis semakin keras. Sementara rio masih bingung. Setalah agak lama rio membiarkan ify menangis di pelukannya, ify melepaskan pelukan rio yang terasa sangat hangat itu. Semakin lama berada di pelukan rio, semakin lama pula ia harus menyelesaikan ini semua.
”yo, aku... aku... aku minta putus,” kata ify lagi dengan suara serak dan tertahan.
”tapi, kenapa?” tanya rio lagi. Walau hatinya sakit, tapi dari nada suaranya masih saja terdengar sangat lembut.
”aku... aku... aku... udah nggak... nggak... sayang lagi sama... sama... kamu,” kata ify dengan suara tertahan.
Rio mengangguk. Hatinya sudah hancur berkeping-keping. Tapi, dia juga nggak bisa memaksakan kehendak. Itu adalah keputusan ify. Keputusan yang harus diterimanya. Walau terasa sangat menyakitkan.
”oke deh kalo gitu. Aku juga nggak bisa maksain. Dan kalo itu mau kamu... kita... kita... kita... putus,” kata rio lirih. Berat rasanya mengatakan kata ’putus’.
Rio pun meninggalkan ify yang masih terpaku. Air mata ify kembali meleleh saat rio meninggalkannya. Semakin deras saat tahu kalau status nya dengan rio sekarang sudah sebatas teman. Hubungan yang ia bertahankan selama delapan bulan akhirnya selesai. Ify berjongkok dan menutup wajahnya dengan tangannya. Berusaha meredam tangisannya yang terdengar semakin keras.
Tiba-tiba sebuah tangan mampir di pundak ify. Ify segera menghentikan tangisnya dan mengusap air matanya. Ternyata rio. Rio tersenyum pahit pada ify, lalu membantu ify berdiri. Dan membetulkan rambut ify dan menghapus air mata ify yang belum bersih sepenuhnya.
”nggak mungkin kan aku.... maksudnya gue, ninggalin kamu... eh, lo sendirian di sini,” kata rio masih tersenyum dan terlihat agak canggung. ”ayo pulang.”
Ify mengangguk dan menghindari tatapan rio yang lembut itu. Ify menyesal mengambil keputusan itu, tapi hati kecilnya berkata itu adalah keputusan yang terbaik untuknya. Ify mengikuti langkah rio dalam diam. Rio juga tak berkata apa-apa lagi saat dia mengantarkan ify sampai ke rumahnya.
^0^
Seperti biasa, minggu pagi ini debo jogging keliling komplek sendirian. Dan seperti biasa pula perhentian terakhirnya adalah rumah ify. Tak sengaja, debo melihat rio yang sedang asik memainkan basketnya namun dengan wajah yang tak seperti biasanya. Bahkan, rio yang jago basket itu, tak kunjung dapat memasukkan bola itu ke ring basket.
”kak rio!” panggil debo lalu berlari mendekati rio yang masih asik bermain di lapangan basket tengah kompleknya itu.
Rio segera menghentikan permainan basketnya dan menoleh ke arah debo yang tersenyum ke arahnya. ”eh, debo. Tumben mau negor? Biasanya sombong kalo ngeliat aku. Haha.”
”yaelah. Biasanya kan kamu yang sombong kak, apalagi kalo lagi berduaan sama kak ify. Hehe,” ledek debo sambil nyengir. Ekspresi rio berubah seketika. Apalagi saat mendengar nama ify.
Debo yang tidak menyadari perubahan ekspresi rio, lebih tertarik akan basket yang dipegang oleh rio. Dengan cepat, debo mengambil bola yang ada di tangan rio. Rio sempat kaget saat debo melakukannya. Lebih kaget lagi saat debo dari jarak yang cukup jauh berhasil memasukkan bola basket itu ke ring-nya.
”de, lo jago juga basketnya,” puji rio kagum. Sempat melupakan masalahnya dengan ify sejenak.
”haha. Enggak juga, kak. Cuma bisa dikit,” kata debo sambil mengoper bola itu kembali ke tangan rio.
”gini di bilang nggak jago? Gimana jagonya,” puji rio lagi sambil mendribel bola basketnya. ”gabung aja gih sama tim basket komplek kita. aku jamin kita bisa menang telak.”
”haha. aku sih pengen, tapi....,” kata debo terputus. Rio menatap debo heran. Tak biasanya dia melihat wajah debo semurung itu. Bagaimana tidak, debo kan selalu tampil di depannya sebagai sosok yang selalu ceria. Hidupnya seperti ada beban.
”tapi, kenapa?” tanya rio penasaran karena debo tak kunjung melanjutkan kalimatnya.
Debo mendongakan kepalanya, lalu menatap rio yang juga menatapnya heran. ”aku takut... nanti aku terkenal lagi gara-gara jago basket. Kan aku nggak mau di kerubungin fans-fans aku nanti. Apalagi sama fans aku yang fanatik. Ihhh, sumpah deh, aku nggak mau.”
Rio menghela napas kesal. Lalu menatap debo yang sedang tertawa ngakak, membuat rio tambah sebal. Debo pun menghentikan tawanya saat rio kembali sibuk bermain dengan bola basketnya. Merasa dicuekin, debo pun kembali ke tujuan utamanya, rumah ify. Tapi, saat debo hendak meninggalkan lapangan itu, sesuatu menusuk jantungnya dengan begitu keras, tak kuat menahan sakitnya debo pun terjatuh. Dia memegang dadanya dengan keras untuk menahan rasa sakitnya.
Rio yang sedang bermain basket pun langsung menatap debo yang wajahnya sudah sangat pucat. Rio pun langsung berlari ke arah debo dan membuang bola basketnya ke arah yang tak tentu. Dengan panik, ia membopong debo ke dekat lapangan dan menyuruhnya duduk.
”de, kamu kenapa? Muka kamu pucet banget?” tanya rio sambil memberikan air minum yang dia bawa tadi dari rumah.
”hehe. Nggak apa-apa kok, kak. Tiba-tiba aja dada aku sakit banget,” kata debo dengan suara yang kesakitan. Debo pun meminum seteguk air yang diberikan rio. Debo sedang nggak nafsu untuk minum kalau sedang kesakitan begini.
”dikit banget minumnya,” kata rio sambil mengambil kembali air minumnya dari tangan debo. Debo nya sih malah cengengesan. ”kamu kenapa sih?”
”ah, kak rio perhatian banget sih sama aku. Jangan-jangan kak rio.....,” kata debo ngaco sambil menatap rio dengan genit. Rio pun langsung mengerti maksud debo. Rio pun langsung kembali menjauhkan dirinya dari debo karena tampang debo yang sudah –menurut rio- menjijikan. Matanya debo aja udah kedap-kedip kayak orang cacingan.
Rio pun langsung menunjukan ekspresi tubuhnya yang mulai merinding saat debo mulai menatap genit ke arahnya. ”amit-amit deh aku. Udah sono kamu pergi, deh. Tadi kan kamu emang udah berniat mau pergi. Hussssh.”
”ih, kak rio jahat deh sama debo,” kata debo masih dengan suara yang super genit darinya. Wajah rio makin masam. Lalu debo tertawa terbahak-bahak lagi. ”tenang aja kali, kak. Aku masih normal.”
”kirain. makanya punya cewek dong, de,” ledek rio sambil meminum air mineralnya.
”iya deh yang punya cewek,” cibir debo, tapi entah kenapa, cibiran itu membuat hati rio sakit. ”o, ya, aku mau ke rumah kak ify nih. Kakak ikut nggak?”
Dengan mantap rio menggeleng lalu meninggalkan debo yang terbengong-bengong melihat mata rio yang sudah memerah. Tapi, dihiraukannya masalah itu dan langsung melanjutkan perjalanannya lagi ke rumah ify.
^0^
Debo terpaku saat tiba-tiba ify memeluk tubuhnya dan kemeja debo basah, rupanya ify menangis. Debo berusaha menenangkan gadis itu dengan cara mengelus-elus punggungnya dan kadang juga membelai rambutnya. Debo shock. Bagaimana tidak, saat ia baru datang ke rumah ify, tiba-tiba saja ia disambut oleh mata merah ify dan juga pelukan hangat namun terasa menyakitkan dari ify.
”kak ify kenapa? Ayo deh kita masuk dulu. Ntar kak ify cerita sama aku ya,” kata debo lembut dan membopong ify yang tengah lemas itu masuk, seakan ia tuan rumahnya. Maklum, mereka tadi sedang berada di luar gerbang saat melakukan adegan pelukan.
Setelah duduk dengan tenang dan tangisan ify sedikit mereda, debo pun mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan ify lembut. Ify kaget dan merasa ada yang aneh dengan genggaman debo, tapi entah kenapa ify merasa nyaman dengan genggaman itu. Terasa hangat dan menyenangkan.
”emmm... sekarang kakak udah bisa cerita?” tanya debo sambil terus menggenggam tangan ify. Air muka ify berubah lagi. Segenang air mata muncul lagi di kedua matanya. Debo langsung panik dan mempererat genggaman tangannya lagi pada ify. ”kalo kak ify nggak bisa cerita juga nggak apa-apa kok. Aku nggak maksa. Tapi kak ify jangan nangis lagi dong.”
Ify menggeleng lemah. ”nggak kok de. Aku mau cerita.”
Debo mengangguk dan menunggu sampai ify siap. Namun, setiap ify ingin mengucapkan sepatah kata dari mulutnya, tanpa ify sadar air mata pun jatuh membasahi pipinya. Berkali-kali pula debo membantu ify mengusap air matanya.
”aku... aku... aku putus sama rio,” kata ify sambil terisak. Hampir saja debo menyenggol vas bunga yang berada di sebelahnya karena kaget.
”kok bisa?!” jerit debo kaget dan langsung melepaskan genggaman tangannya dari ify. Ify akan menangis lagi. Dengan sigap, debo pun menggenggam erat tangan ify lagi. ”maaf, maaf. Aku Cuma kaget aja kak. Emm,,, ngomong-ngomong.... kenapa kakak bisa putus sama kak rio? Bukannya kalian saling sayang?”
”aku... aku... aku... aku takut... aku takut kalo... kalo aku... semakin sayang sama rio,”isak ify membuat debo mempersempit jaraknya dengan ify dan membiarkan ify menangis sepuasnya di bahu debo.
”kenapa takut?” tanya debo yang kemudian merasa sesuatu mampir di pikirannya. ”apa karena prinsip kakak itu? Kalo, sesuatu tak ada yang abadi? Kayak lagu kesukaan kakak itu?”
Ify mengangguk. Lalu melepaskan tubuhnya dari pelukan debo dan menatap debo nanar. ”iya. aku... aku takut.. kalo aku semakin sayang sama rio... aku... aku bakalan susah ngelepas rio. Dan... dan.. dan aku takut... kalo... kalo udah sayang banget sama rio... aku... aku takut bakalan... bakalan kehilangan dia. Lagipula hati kecil ku bilang... kalo.. kalo aku harus ngelepas rio. Kan ada yang bilang... kalo... kalo hati kecil itu... murni perasaan... perasaan kita sendiri.”
”tapi, kak rio itu sayang banget sama kak ify. Aku yakin, dia juga nggak bakalan tega ninggalin kak ify,” kata debo lagi sambil membelai kepala ify lembut. Ify segera menghapus air matanya yang mulai terjatuh lagi.
”aku... aku tahu. Tapi, kan nggak selamanya juga rio bakalan ada untuk aku. Dia... dia pasti bakal ninggalin aku juga. Seperti papa... ninggalin mama,” kata ify lirih dan mulai dapat mengontrol air matanya.
Debo mengerti maksud ify. Papa ify sudah meninggal, meninggalkan ify dan keluarganya untuk selamanya. Memang sih, semua tak ada yang abadi. Tapi, menurut debo, ify sudah keterlaluan. Masa mengorbankan kabahagiannya sendiri hanya karena prinsipnya yang super, duper gak masuk akal itu.
”kak ify,” panggil debo tiba-tiba membuat ify tersentak. ”coba pejemin mata kak ify.”
”buat apa?” tanya ify yang bingung.
”ini emang agak jadul sih, tapi katanya kalo kita mejemin mata, orang pertama yang kita lihat itu adalah orang yang kita bener-bener sayangi. Nah, mungkin aja ada orang lain yang muncul pas kak ify pejemin mata. Dan itu juga merupakan alasan kenapa kak ify mutusin kak rio,” jelas debo sambil terkekeh.
Ify mengangguk mengerti. Dia sudah sering mendengar kata-kata itu di sinetron maupun di novel dan cerpen yang ia baca. Ify juga belum pernah mencoba hal itu. Jadi, apa salahnya mecoba. Dengan mantap, ify pun memejamkan matanya. Debo menatap ify penasaran. Apalagi saat ify memejamkan mata, ify seperti sedang terkaget-kaget. Setelah agak lama, ify pun membuka matanya.
”siapa kak yang muncul?” tanya debo sambil menatap ify yang terlihat ragu.
”eng... wajahnya nggak jelas, de. Kabur,” kata ify namun dengan penuh keraguan. ”emang kamu yakin, de, orang yang kita lihat kalo kita merem gitu, itu tandanya bener-bener orang yang kita sayang?”
”ya, kata orang-orang sih gitu. Tapi, nggak tahu-lah,” kata debo ikut-ikutan bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya karena gatal sekaligus bingung.
Ify mengangguk mengerti. Lalu menatap wajah debo yang sedang memikirkan sesuatu. Dan lama-lama ada suatu pikiran janggal di benak ify. Ia merasa wajah debo terlihat sangaaaaaaaaaat manis. Padahal selama ini, ify sering melihat wajah debo, memang debo itu manis, tapi tidak semanis saat ify melihat debo sekarang ini.
”kak ify,” panggil debo sambil menerawang ke langit. Ify langsung mengalihkan pandangannya dari wajah debo. Ify merasa ada sesuatu yang menyenangkan dalam dadanya. ”aku mau kasih hadiah buat kak ify.”
”hah? Apaan?” tanya ify yang sebenarnya tak sepenuhnya mendengar kata-kata debo. Masih sibuk dengan debaran menyenangkan di dadanya.
”aku pengen buktiin ke kak ify, kalo ada sesuatu yang abadi!” kata debo mantap sambil menatap ify yakin.
”apa?!” teriak ify kaget. Ia baru sadar apa yang debo katakan sejak tadi. ”emang ada apa sesuatu yang abadi?”
”ada. Dan aku bakalan buktiin ke kak ify,” kata debo masih seyakin tadi. Ify mengerutkan keningnya.
”apaan tuh? Jangan bikin aku penasaran deh,” paksa ify yang sangat penasaran.
”jangan sekarang. Nggak seru lagi. Nanti aja deh kalo aku selesai ujian nasional,” jawab debo enteng membuat ify gemas dan tak sabar. Tapi, nanti juga dia pasti tahu.
”oh, iya ya. Besok kamu udah UAN. Si ozy juga kan?” tanya ify sambil menatap debo yang mengangguk santai. ”si ozy... bukannya belajar malah jalan tuh sama si acha. Kamu juga tuh, bukannya belajar, malah mampir ke sini.”
”hhehee. Niat aku ke sini kan pengen belajar sama ozy. Eh, ternyata ngeliat kak ify lagi nangis. Terpaksa deh aku hibur,” ledek debo membuat ify merengut.
”jadi terpaksa nih?” sindir ify. Debo pun terkekeh.
Tak berapa lama, ozy pun datang dengan membawa sekantong plastik belanjaan. Ify terlihat girang melihat ozy dan membantu ozy membuka gerbang pagar rumahnya, dan memasukkan motornya ke dalam garasi. Ify sudah melupakan masalahnya sejenak. Ozy adalah adik ify yang keberulan satu sekolah bahkan satu kelas sama debo. Ozy dan ify hanya berbeda satu tahun. Ozy kelas 3 smp dan ify kelas 1 sma.
”eh, debo. Jadi belajar bareng?” tanya ozy saat sudah berada di hadapan debo.
”jadilah. Kasihan tuh debo udah nungguin kamu dari tadi,” kata ify sambil membawa barang-barang belanjaan ozy ke dalam.
”yeee, perasaan tadi gue nanya lo deh, de. Kenapa kak ify yang jawab?” tanya ozy bingung lalu melepaskan kedua sepatunya. ”yok, ke dalem.”
Debo mengangguk lalu ke dalam rumah ify yang sedang bersama tante gina. Debo tersenyum malu pada tante gina, ingat kejadian waktu itu. Sementara tante gina udah mesem-mesem nggak karuan. Ozy menatap debo dan mamanya aneh, namun ia tak begitu mempedulikannya.
Mereka pun memulai pelajaran mereka hari itu. Senin waktunya mereka akan menjalani UAN selama 4 hari. Dimulai dengan pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan diakhiri dengan IPA *maaf kalo ngaco. Lupa yg duluan apaan*. Ozy juga sempet meledek ify saat ify membawakan sirup untuk debo. Setau ozy, ify itu paling males nyiapin apapun untuk tamunya. Tapi, saat ada debo ify berubah jadi rajin. Pokoknya sore itu menjadi hari ozy untuk meledek debo dan ify deh. Tapi, tetap saja debo dan ozy menjalankan acara belajar bersamanya.
^0^
Hari ujian sudah selesai. Dan kali ini, ify menunggu kedatangan debo dan ozy yang berjanji men-traktirnya karena sudah selesai ujian. Kebetulan sekarang ify sedang libur. Anak kelas 3 dan kelas 2 sma sedang study tour, jadinya kelas 1 nya di liburkan saja. Lagian pasti banyak anak yang malas masuk karena beberapa guru juga ikut.
Ify sedang duduk santai sambil membolak-balik majalahnya. Tanpa sengaja, ia merobek sedikit bagian dari majalah itu. Ify mencoba menyambungnya supaya tak begitu terlihat, tapi saat ify mau membetulkan majalahnya, sebagian dari kertas itu malah robek. Ify pun jadi malas membaca majalah itu.
Saat ify melihat dari jauh, ia melihat motor ozy yang sudah terparkir di depan rumahnya. Ozy membuka helm-nya, dari wajahnya terlihat kalau ozy sedang panik.
”zy, kok sendirian? Debo mana? Jadi nraktir kan?” tanya ify tak mempedulikan wajah ozy yang terlihat sangat panik.
”debo, debo... udahlah. Mending sekarang kakak cepetan naik deh! Sini!” perintah ozy yang tak sanggup mengatakan apapun lagi.
”debo? Debo kenapa? Terus kenapa aku harus naik ke motor kamu, sih,” kata ify bingung melihat wajah ozy yang sudah merah padam.
”udah cepetan!” bentak ozy membuat ify tersentak kaget. Ify pun mendekati motor ozy dengan wajah ketakutan. Ozy sadar ia telah melakukan suatu kesalahan. ”maaf, kak. Tapi ini penting banget. Nanti aku ceritain di sana kalo udah sampe.”
”emang kita mau ke mana?” tanya ify dengan ragu.
”rumah sakit,” jawab ozy singkat.
Ify tidak bertanya apa-apa lagi setelah itu karena ia harus berkonsentrasi pada pegangannya ke kemeja ozy. Habis, ozy mengendarai motornya kayak nggak ngeliat lampu merah, ngebut banget. Pembalap F1 aja kalah.
^0^
Ozy segera memarkirkan motornya dan menarik tangan ify paksa menuju ke dalam rumah sakit. Ify sih Cuma pasrah aja. Ingin bertanya, tapi takut kena amukan ozy. Ternyata ozy adik semata wayangnya ini kalau sedang marah sangat menyeramkan. Setelah, menanyakan informasi pada administrasi, ozy pun segera berlari menuju ruangan yang diberi tahu suster itu.
”kakak nggak pengen nanya ngapain kita ke sini?” tanya ozy saat mereka berada di dalam lift.
”yah... pengen sih. Tapi kakak takut di bentak lagi sama kamu. Serem,” jawab ify sambil bergidik ngeri.
”maaf, kak. Tapi ini gawat banget,” kata ozy sambil mengusap peluhnya yang sudah membanjiri wajahnya dan juga seragamnya.
”gawat kenapa?” tanya ify sambil keluar lift bersama ozy karena sudah sampai di tempat yang mereka tuju.
”debo kak, debo,” ozy mulai panik lagi. Kemudian, ozy menarik nafasnya dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. ”debo, tadi pas udah selesai ujian, tiba-tiba dia kayak tidur gitu dan nggak bangun-bangun biarpun udah di panggil-panggil. Terus, karena penasaran, pengawas pun ngedeketin debo. Dan ternyata setelah di periksa, jantung debo udah lemah banget. Nafasnya aja suka ada suka enggak. Langsung aja deh dia dibawa ke rumah sakit. Dan, di kertas ujian debo, ada nama kakak ditulis nama kakak di situ. Ya udah, aku langsung panggil aja kakak. Aku juga udah telepon kak rio, katanya dia mau ke sini.”
Ify merasa tubuhnya terasa lemas. Badannya pun limbung, untung ada ozy yang sigap menangkap tubuh kakaknya itu. Air mata ify langsung terjatuh dan saling berkejar-kejaran membasahi pipinya. Ozy berusaha menyeimbangkan tubuh ify yang semakin melemah. Ozy semakin tidak kuat dan hampir saja jatuh kalau rio tidak datang tiba-tiba membantu ozy menyeimbangkan tubuh ify.
Ozy dan rio pun memapah tubuh ify menuju ke depan sebuah ruangan, tepat di mana ruangan itu dihuni debo. Orang-orang yang berada di depan ruangan itu rata-rata sedang menangis. Ada juga alvin, kakak dari debo yang terlihat cool, namun ternyata turut menambahkan suasana berduka di ruangan itu.
Entah ada kekuatan dari mana, tiba-tiba ify segera berlari menghampiri tante halimah, mama debo. Ozy dan rio yang masih takjub pun mengikuti ify yang tiba-tiba menjadi kuat kembali, berlari mendekati tante halimah. Tante halimah menatap ify dengan mata sembab-nya. Kemudian, tante halimah mencoba tersenyum paksa pada ify. Ify mengelus-elus punggung tante halimah, mencoba menenangkan, walau ternyata dirinya sendiri juga tak bisa tenang.
”tante, tante, debo... debo... debo keadaannya gimana tante? Apa... apa semakin... semakin parah?” tanya ify panik tak bisa menahan air matanya.
”debo, debo...... debo.......... debo........ udah nggak ada,” kata tante halimah dengan suara tercekat. Tangisnya juga semakin parah.
Ify serasa mau pingsan. Ozy dan rio juga tersentak sangat kaget. Jantung mereka berdetak sangat cepat. Rio dengan sigap kembali menahan tubuh ify yang kembali limbung. Namun, kali ini ify tidak terlalu lemas seperti tadi. Ia masih bisa menahan tubuhnya walau hanya sedikit. Jadi, rio tak sepenuhnya menahan beban tubuh ify.
Dengan sedikit kekuatan yang ify miliki, ify pun berlari ke ruangan debo tanpa mempedulikan apapun lagi. Air mata ify kembali meleleh saat melihat tubuh debo sudah terbujur kaku, matanya terpejam, namun senyuman manisnya masih setia menghiasi bibirnya. Ify pun menggenggam tangan debo yang sudah mulai terasa dingin itu.
”debo,” panggil ify lirih, kemudian terjatuh karena kakinya terasa lemas. Tapi, tangannya masih menggenggam erat tangan debo. ”mana janji kamu?! Mana?! Katanya kamu mau nraktir aku abis ujian?! Katanya kamu mau buktiin kalo ada sesuatu yang abadi?! Tapi mana?! Kamu aja ninggalin aku secepat ini! Kamu jahat debo! Kamu jahat!”
”kak ify,” tiba-tiba ozy sudah muncul di belakangnya sambil menyerahkan amplop surat di sebelah ify. Tangan ify gemetar saat memegang surat itu. ”tadi pas selesai ujian, aku ngeliat surat itu di atas meja debo. Ya, aku ambil aja, karena saat aku liat, surat itu buat kak ify. Kak ify baca sekarang ya.”
Ify mengangguk lemah. Lalu mencoba berdiri dengan kakinya. Lalu membuka surat itu perlahan-lahan.
Hai, kak ify, hehe,,,
Mungkin kak ify lagi nangis pas baca surat ini,,,
Hehehe,,,
Kak, mungkin di surat ini, debo pengen ngucapin kata perpisahan untuk kak ify,,, maaf yah kak, debo nggak cerita-cerita sama kak ify, kalo debo punya penyakit jantung,,, hehehe,,, yah, di vonis dokter bahwa hidup debo nggak bakalan lama lage, dan debo sadar akan hal itu,, tapi, debo ikhlas kok menjalani hidup yang udah Tuhan kasih ke Debo.
Jujur dari lubuk hati debo, debo sayaaaaaaaaaang banget sama kak ify. Bukan sayangnya seorang adik ke kakaknya, tapi lebih. Yah, bisa dibilang itu cinta. Udah beberapa kali debo berniat untuk nembak kak ify, tapi kasihan, nanti kak ify mati. Hahahahaha,, bercanda kak.
Aku gagal terus untuk nyatain cinta ke kak ify karena aku takut kalo kakak nggak mau pacaran sama aku karena aku lebih muda dari kakak. Mungkin aja kakak malu kan pacaran sama berondong. Hehehe...
Jujur nih kak, hati aku sempet sakit banget waktu kak ify bilang udah jadian sama kak rio. Dan wajah kak ify juga keliatan bahagia banget. Tapi, akhirnya aku berhasil menutupi rasa sakitku itu dengan selalu ada di deket kak ify. Dan ternyata aku cukup bahagia dengan hal itu. Aku bahagia kalo kak ify juga bahagia. Ah, kata-kata lama emang, tapi ternyata kata-kata itu bernilai ajaib loh.
Waktu kakak cerita kalo kakak putus sama kak rio, entah apa yang ku rasain, sedih apa seneng. Aku juga bingung. Tapi, aku lega karena keputusan yang kak ify ambil. Apalagi, semenjak itu, kak ify jadi lebih perhatian sama aku. Seneng deh kak. Hehe.
Dan aku berniat kalo aku akan meninggal saat aku sudah menyelesaikan ujian. Perjuanganku melawan sakit jantung itu emang bener-bener luar biasa sakitnya, kak. Tapi, aku tetep berniat untuk bisa menyelesaikan ujian.
Maaf ya kak janji palsu itu soal nraktir kakak, aku udah nggak kuat nahan rasa sakitnya kak. Cape banget. Hehe. Tapi, aku tetep bakal buktiin kalo ada sesuatu yang abadi.
Sesuatu yang abadi itu adalah rasa sayang aku ke kakak. Aku udah buktiin hal itu. Aku tetep cinta dan sayang sama kakak bahkan walau kakak udah jadi milik seseorang. Aku sayaaaaaaaaaang banget sama kakak. Bahkan, sampai saat aku nggak ada, aku bakal terus sayang sama kakak. Dan kasih sayang itu bakalan terus abadi.
Seperti papa kak ify, mungkin papa kak ify nggak bisa abadi berada di sisi kak ify, tapi aku yakin, rasa sayang papa kak ify ke kakak, tante gina, bahkan ozy akan terus abadi. Jadi, jangan pernah berpikir kalo nggak ada sesuatu yang abadi. Ada kok yang abadi.
Salam juga ya kak buat ozy, kak rio, dan tante gina. Maaf kalo aku pergi tanpa pamit. Dan inget kak, lupain prinsip kakak kalo ’tak ada yang abadi’, aku udah buktiin kan kak kalo ada yang abadi. Sekian dulu deh kak surat dari aku. Pegel nih nulisnya juga. Hehe.
Salam sayang dari debo untuk kak ify tercinta dan semua orang :D
Ify tak bisa menahan air matanya lagi saat ini. Isakan keras ify pun mulai memenuhi ruangan itu. Ify nggak nyangka kalo selama ini debo menyukainya, lebih dari seorang sahabat. Ify menatap tubuh debo lagi yang tengah tersenyum, senyum penuh kedamaian. Dengan gerakan cepat, ify membuang kertas itu seenaknya dan memeluk debo dengan erat. Tubuh itu sudah dingin, namun masih terasa hangat di hati ify.
Ozy dan rio yang mendengar isakan keras ify langsung mengambil surat yang ify buang dan membaca isinya. Ozy dan rio sampai terperangah, tak menyangka kalau debo ternyata menyukai ify. Ozy dan rio juga tak kunjung dapat menahan air matanya dan mendekati mayat debo dan menggenggam erat tangannya.
”de, kenapa kamu nggak bilang kalo kamu suka sama ify?” tanya rio pada debo sambil mengacak-acak rambut debo. Kalau debo masih hidup, pasti debo akan marah sama rio. ”dasar, anak bodoh.”
”emang, debo bodoh. Masa, kamu juga nggak cerita sama aku, kalo kamu punya penyakit jantung? Aku kan bisa ngebahagiain kamu di saat-saat terakhir,” kata ozy sambil menelungkupkan kepalanya di atas tangan debo, mencoba untuk menyembunyikan air matanya.
”de... kenapa... kenapa kamu nggak bilang kalo kamu suka sama aku. Asal kamu tahu ya, de... waktu... waktu kamu nyuruh aku pejemin mata dan kamu bilang kalo aku pejemin mata dan ngelliat seseorang, berarti itulah orang yang sangat aku sayang. Dan... dan kamu harus tahu... saat aku mejemin mata... yang muncul itu malah wajah kamu. Awalnya aku nggak menyadarinya. Tapi, tapi... tapi ternyata, aku emang sayang sama kamu,” isak ify sambil terus memeluk mayat debo.
”permisi,” kata seorang suster yang tiba-tiba muncul di sebelah ozy. ”debonya mau di mandiin dulu.”
Dengan berat, ozy, rio, dan ify melepaskan tubuh debo. Mereka merasa kehilangan sesosok yang berharga saat itu. Ini saatnya mereka harus kehilangan sosok jahil, selalu ceria, pinter ngelawak, bawel itu, untuk selamanya.
^0^
Saat jenazah debo dimasukkan, tangis riuh langsung menghampiri suasana siang itu. Tentu saja ify dan tante halimah yang menangis paling keras. Rio dan ozy menangis tanpa suara, namun air matanya mengucur deras. Sedangkan alvin, kakak debo yang tengah duduk di bangku kuliah ini, tampak tak sedikitpun mengeluarkan air mata. Hanya genangan air mata yang berada di pelupuk matanya, tak berhasil menetes karena alvin dengan cepat menghapusnya. Rupanya, kematian debo membuat semua orang terluka. Teman sesekolah debo pun rata-rata hadir. Tante halimah sangat surprise. Ternyata anaknya telah menjadi sosok yang sangat berarti di manapun ia berada.
”tante, rio, ozy, kak alvin,” panggil ify dengan suara serak saat semua orang yang menghadiri pemakaman debo sudah pada pulang. ”ify mau ke halte deket sini dulu ya. Ke tempat kenangan debo sama ify waktu kecil.”
”ya udah sana. Kak alvin sama lainnya tunggu di sini ya,” kata alvin mewakili semuanya karena sedang sibuk meratapi kepergian debo.
Ify mengangguk lalu meninggalkan pusara debo dan segera menuju ke halte, tempat yang sangat ingin dikunjunginya. Tempat pertama kali ify bertemu dengan debo. Memang, gak elit banget sih, tapi itulah kenyataannya. Di tempat ini, debo berani membela ify saat ify sedang di ganggu oleh anak-anak SMP. Waktu itu, ify sedang duduk di kelas 3 SD, sedangkan debo masih kelas 2 SD. Dengan berani dan gaya ngebanyol-nya, debo berani membela ify yang ujung-ujungnya debo yang malah menangis karena permennya di ambil oleh anak SMP itu. Gantian ify yang membelanya. Ify tertawa kecil saat mengingat masa-masa itu.
Ify pun duduk di bangku halte itu, di sebelah seseorang yang sedang membaca koran dengan asyiknya. Ify pun mengamati sekitar halte itu, sampai ia melihat sesosok orang aneh yang tiba-tiba duduk di sampingnya. Orang itu menatap genit ke arah ify. Ify mulai merinding. Apalagi, saat ify melihat sosok laki-laki itu mengenakan tatto yang bergambar tidak senonoh.
Ify mencoba mengalihkan pandangannya menuju ke arah langit, dan kembali mengenang peristiwa yang ia lalui bersama debo. Entah kenapa, kali ini ify sangat ingin tersenyum. Ia seperti melihat debo tersenyum di awan yang berarakan itu.
Tapi, tiba-tiba, orang aneh di sebelah tubuh ify itupun memeluk ify erat secara tiba-tiba. Kemudian, orang aneh itu tersenyum padanya masih dengan jenis pelukan yang sama. Ify ingin berteriak, tapi kalau dalam keadaan panik begini, ify malah tidak bisa melakukan apapun selain menangis. Ify mencoba meminta pertolongan orang di sebelahnya yang sedang membaca koran dengan seriusnya. Tapi, tak ada respon dari orang itu karena ify juga tak bisa mengeluarkan suara sedikitpun. Orang aneh itu makin menikmati pelukannya. Ify ingin meminta tolong orang yang lewat, tapi saat itu sedang sepi jadi tak ada seorang pun yang lewat. Ify makin pasrah, menunggu keajaiban yang datang.
”pak polisi! Ada dua orang yang berbuat tidak senonoh itu di sini, pak! Mengganggu ketenangan dan ketentraman saya nih, pak!” teriak seseorang di sebelah ify yang akhirnya memalingkan wajah dari korannya itu tiba-tiba. Ify dan orang aneh itu pun melirik ke arah orang itu dengan tatapan heran sekaligus terkejut. Ify makin terkejut saat melihat wajah orang itu.
”tenang, tenang! Kamu kesini!” teriak seseorang lagi, namun dengan suara yang agak mendelep. Ify menoleh ke sekitar tapi tak ada siapapun.
Berbeda dengan orang aneh itu yang langsung panik dan melepaskan pelukannya dari ify. Kemudian, ia lari tunggang langgang tanpa mempedulikan arah. Orang yang wajahnya sempet membuat ify terperangah itupun langsung tergelak geli.
”hahahaha! Dasar penjahat, dodol! Masa Cuma sama rekaman suara dari hp aja takut!” kata orang itu tak bisa menghentikan tawanya. Ify yang melihat orang itu kembali terperangah saat melihat gaya bicaranya mirip dengan sosok yang sangat ia kenal.
”ehm, makasih ya,” kata ify dengan suara lembutnya membuat orang itu menoleh ke arahnya dan tersenyum manis. Ify pun mengulurkan tangannya. ”kenalin, gue ify.”
”hehehe. Sama-sama. Kenalin nama gue arya,” katanya yang ternyata bernama arya sambil membalas uluran tangan ify.
Ify terperangah kembali, wajah, senyumannya, ketawanya, gaya bicaranya, sangat mirip seseorang yang mulai saat ini sangat ia sayangi melebihi siapapun, ya, dia adalah DEBO!!
”lo... lo... lo sering ke sini?” tanya ify dengan terbata-bata karena masih sangat terkejut.
”hemmm, di bilang sering sih juga enggak, tapi kalo di bilang jarang juga enggak,” jawab arya setelah sebelumnya berpikir sebentar.
”jadi kadang-kadang doang?” tanya ify lagi tak bisa menghentikan senyumannya. Ia merasa telah menemukan sosok debo yang baru.
”iya, enggak juga sih,” kata arya dengan wajah polosnya. Ify ingin tertawa geli, tapi ditahannya itu semua. Ify nggak mau nyinggung perasaannya arya.
”kak ify! Ayoooo balik!” teriak seseorang dari seberang sana. Ify menoleh dan menatapi sosok ozy dengan wajah kecewa. Ia masih ingin bersama arya.
”ya, gue pamit dulu, ya. Udah di panggil sama adek gue tuh,” pamit ify sambil tersenyum lemas.
”oh, iya,” kata arya yang lalu melambaikan tangan ke arah ify kemudian tersenyum lebar. ”semoga kita ketemu lagi.”
”gue yakin kita ketemu lagi. Kita kan jodoh,” kata ify yang langsung berlari ke arah ozy, alvin, rio, dan tante halimah sambil menyembunyikan semburat merahnya. Arya sempat terbengong sebentar, tapi kemudian tersenyum dan kembali menekuni korannya.
Ify berlari dengan wajah sumringah, membuat rio dan ozy terbengong-bengong.
”ayo balik. Dan tante, jangan sedih mulu, dong. Kayak ify nih yang udah berubah ceria. Debo akan selalu ada di sisi kita kok, bukan hanya dalam wujud sayangnya kepada kita, tapi juga dalam wujud nyata,” kata ify yang langsung meloncat riang ke arah mobil milik tante halimah itu.
Komentar
Posting Komentar